Friday, March 30, 2018

Kabupaten TTU, salah satu penyumbang karya seni


kain kerajinan. buna timor. sumber internet


Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) adalah salah satu daerah yang ikut menyumbangkan karya seni, di tingkat propinsi, nasional, dan internasional seperti setiap tahun diadakan pameran budaya di taman mini Indonesia, kabupaten TTU selalu hadir dengan menampilkan kain adat hasil kerajinan tangan. Dari berbagai karya seni yang dimiliki di daerah ini, satu darinya adalah seni hias. Seni hias yang dimaksud adalah kerajinan tenun. Kerajinan tenun TTU berupa kain bete dan tais, dari proses pembuatan yang panjang. Proses menenun merupakan karya seni dan budaya yang diwarisi secara turun-temurun, oleh para leluhur di daerah TTU, secara tradisional yakni menggunakan tangan, dengan bantuan peralatan lainnya yang diperoleh dari alam sekitarnya, termasuk bahan baku seperti kapas.

Bagi masyarakat TTU ( suku dawan ), menenun tidak saja mewarisi seni dan budaya yang sudah berakar dalam jiwa dan raga, namun juga adalah bentuk menjaga serta meneladani nilai moral yang terkandung dalam setiap corak dan motif pada kain. Untuk memperoleh corak dan motif yang menarik, seorang penenun berdialektika dalam dirinya, dengan penuh imajinasi yang tinggi. Motif yang kerap digunakan dalam membuat kain, biasanya tidak jauh dari kehidupan manusia dan alam. Contohnya menggunakan gambar manusia, yang menunjukan peradaban dan interaksi sosial, atau hakikat manusia itu sendiri. Ada juga yang bergambar burung, sebagai penjelmaan manusia yang sudah meninggal dunia. Orang dawan mempercayai hal ini, bahwa mereka yang telah meninggal akan menjelma menjadi burung.

Burung yang dimaksud adalah penggambaran dunia atas. Selain motif burung terdapat juga motif yang bergambar buaya, dan tumbuhan seperti bunga. Motif buaya merupakan wujud dari pemilik dunia bawah. Kepercayaan suku dawan di kabupaten TTU, terhadap buaya sebagaimana masih berkaitan erat dengan asal-usul pulau timor.

Dari fungsi kegunaan kerajinan tenun daerah TTU, dijadikan sebagai pakaian yang menutupi tubuh manusia. Kain tenun sebagai pakaian, dapat dikategorikan menjadi dua yakni pakain laki-laki seperti bete (sarung). Sarung sebagai kain yang menutupi bagian pinggang hingga kaki, ada juga pakain tambahan seperti pilu (daster), bet a'na (sial), futus (ikat pinggang), dan aluk (tas). Pakaian wanita, meliputi tais (selimut). Tais untuk menutupi bagian kaki hingga dada. Ada juga aksesoris lainnya sperti bet a'na, a luk dan lainnya. Tais dan bete juga dapat mencitrakan diri seseorang, atau sebagai cerminan diri pengguna atau sebagai bentuk pengenalan identitas sesorang.

tenun bunan. sumber internet
Kerajinan tenun suku dawan kabupaten TTU, menurut cara pembuatannya dapat dibagi menjadi tiga jenis kain, yang sangat dikenal dikalangan masyarakat seperti, tenun buna, tenun sotis (songket), dan tenun futus (ikat). Tenun buna merupak jenis kain yang dapat dikerjakan dengan cara melilitkan benang yang satu, ke benang lungsi, dengan warna yang berbeda sehingga membentuk motif dengan warna yang beragam. Selain warna motif yang beragam, tenun bunan memiliki timbunan-timbunan pada
tenun sotis. sumber internet
motifnya, sehingga pada waktu kita melihat bagian dalam kain, dan bagian luar memiliki kesamaan. Tenun sotis adalah tenunan yang cara pembuatannya sama seperti tenun buna, namun tidak memiliki timbunan pada motifnya. Sedangkan tenun futus cara pembuatannya yaitu motif  yang diinginkan diproses dengan cara mengikat benang memanjang atau mendatar pada alat tenun, sebelum proses pewarnaan.

tenun futus.  sumber internet
Ketiga jenis kain tenun ini, dapat kita kunjungi di tiga dareh besar kabupaten TTU, yaitu  Biboki, Insana, dan meomaffo. Kain tenun suku dawan selain digunakan sebagai pakaian sehari-hari dapat juga digunakan dalam aksesori lainnya seperti tas, sepatu, dasi, dan lainnya.







Daftar pustaka.

Buku panduan guru, oleh Petrus Richardus Tas'au
Kompasiana.com


3 comments: